|
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa
berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, sehingga banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan
kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan oleh para
pmikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Aliran-aliran
tersebut diantara:
1.
Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata empira yang berarti berlawanan dengan aliran
nativisme. Aliran
empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara
eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal
manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan
pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Tokoh aliran empirisme adalah Jhone Locke, seorang filosofi Inggris.
Dalam bukunya yang berjudul Some Thoughts Concerning Education Jhon Locke
berpendapat bahwa, manusia terlahir dengan jiwa yang masih kosong, jiwa ini
akan terisi oleh ide-ide karena pengaruh dari luar melalui proses psichologis,
yaitu sensation(pengalaman) dan reflexetion(kesan). Selain itu teorinya dikenal
dengan Tabulae Rasae (meja lilin) yang menyebutkan bahwa anak lahir di dunia
adalah seperti kertas putih bersih. Kertas putih memiliki corak dan tulisan
yang akan digores oleh lingkungan, ini artinya bahwa faktor bawaan dari orang
tua tidak mempunyai pengaruh yang besar atau dengan kata lain tidak
dipentingkan. Pengalaman seseorang diperoleh melalui hubungan dengan
lingkungan. Pengaruh yang diperoleh dari lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan karakter anak. Menurut aliran ini pendidik sangatlah berperan
penting, karena pendidik menyediakan lingkungan pendidikan, dan anak akan
menerima penddikan itu sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk
tingkah laku, sikap, watak, kepribadian anak sesuai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Sebagai contoh, suatu keluarga mginginkan anaknya menjadi pelukis,
dan menyediakan segala alat yang dipergunakan untuk melukis, namun si anak
tidak mempunyai bakat melukis, alhasil keinginan keluarga agar anak itu menjadi
pelukis gagal. Akibatnya akan ada konflik dalam diri anak. Kelemahan aliran ini
adalah hanya mementingkan pengalaman saja, dan bawaan dari lahir
dikesampingkan. Padahal ada anak yang berhasil karena bakat yang ada dalam
dirinya.
2.
Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti pembawaan. Tokoh aliran
nativisme adalah Schopenhauer seorang filosof dari Jerman. Aliran ini
berpandangan bahwa, perkembanagn inividu ditentukan oleh faktor bawaan sejak
lahir dan faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembnangan anak. Maka dsari itu menurut aliran ini hasil pendidikan anak
ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Serta menganalisis bahwa perkembangan
seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang
merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan
kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap
tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang
“berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak
mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.Dan dapat diambil kesimpulan bahwa menurut aliran ini keberhasilan
individu ditentukan individu itu sendiri. Pendapat aliran ini bahwa jika
seorang memilki bakat baik, maka ia akan menjadi baik, dan sebaliknya jika
seorang memiliki bakat jahat, maka ia akan menjadi jahat. Dan pendidikan yang
tidak sesuai bakat anak, tidak ada gunanya bagi perkembangan anak jika terus
diberikan. Pandangan tersebut tidak menyimpang dengan realita yang ada.
Misalnya, seorang anak yang mirip dengan orang tuanya, secara fisik dan akan
mewarisi sifat dan bakat orang tua. Pada dasarnya aliran nativisme mengakui
tentang adanya daya asli yang terbentuk sejak manusia lahir, yaitu adanya daya
psikologis dan daya fisiologis, serta kemampuan dasar lainnya yang berbeda
dalam diri tiap individu.
Dari kemampuan itu, kapasitas masing-masing kemampuan dasar berbeda-beda.
Ada yang tumbuh sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang
hanya pada titik tertentu saja. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang
tua yang ahli musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin
melebihi kemampuan orang tuanya, dan mungkin juga ada yang hanya sampai pada
setengah kemampuan orang tuanya. Namun lagi-lagi aliran ini memilki kelemahan
yaitu bahwa aliran ini tak begitu kuat, karena dalam kenyataannya, bahwa perkembangan
tak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan, tapi faktor lingkungan juga
berpengaruh atas itu.
Lucian Arreat seorang ahli pendidikan bangsa Perancis memiliki pendapat
yang sama dengan aliran nativisme, karena dengan nada mengejek ia mengatakan,
pendidikan?, ia adalah omong kosong yang besar sekali dan yang menggelikan dari
zaman ke zaman. Tetapi jangan mengatakan terlalu keras, banyak orang yang hidup
mendapat nafkah dari padanya. Demikian pula Rochracher berpendapat yang sama,
ia berkata sebagai berikut, orang tak bersalah dan berjasa dalam memiliki
sifat-sifatnya, dan bahwa segala nilai rokhaniyyah yang dimilikinya itu hanya
sekedar hasil proses alam yang berjalan menurut ukuran tertentu yang tidak dapat
kita pengaruhi sama sekali.
Aliran ini mempunyai keyakinan yang bersifat predestinatif, yang berarti
perkembangan atau nasib-nasib manusia itu seolah-olah ditentukan sebelumnya,
tergantung pada pembawaan yang dimiliki. Pandangan mereka bersifat pesimis,
karena mereka berpendapat bahwa pendidikan itu tidak mempunyai kekuasaan sama
sekali terhadap perkembangan anak, mereka disebut dengan golongan geneticicts
karena terlalu menonjolkan faktor pembawaan, genetika yang berarti ilmu
keturunan.
3.
Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Sterm, seorang tokoh pendidikan
dari Jerman. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran
nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini
telah memiliki bakat baik dan buruk, dan perkembangan anak selanjutnya akan
dipenharuhi oleh lingkungan. Jadi faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama
berperan penting.
Anak yang memiliki pembawaan baik dan didukung dengan lingkungan yang
baik, maka akan semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak
akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi
perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat
baik yang dibawa anak.
4.
Aliran
Naturalisme
Nature artinya alam atau
yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ.
Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa
semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun
dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di
tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika
pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek,
akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J.
Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari
sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kata-kata Merupakan Benda Yang Terkadang Bisa Melukai Terkadang Bisa Meluluhkan, Maka Dari Itu Gunakanlah Kata-kata Yang Sopan Untuk Berkomentar