Label

Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran PAI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran PAI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Juni 2016

TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL


TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Rumusan Masalah
Kemampuan dan profesionalisme guru sangat penting untuk ditingkatkan mengingat kedua hal tersebut apabila belum mencukupi akan mempengaruhi proses pembelajaran. Guru yang tidak profesional sama saja dengan guru yang masih kon-vensional dan mereka akan mengajar sesuai kemauannya sendiri, tidak sesuai dengan aturan yang ditentukan seperti Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Tuntutan-tuntutan yang ada pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan Pemerintah, baik Permen No. 41, Permen No. 16, Permen No. 19, Permen No. 20, Permen No. 22, 23, 24 yang berhubungan erat dengan kemampuan dan profesionalisme guru meng-upayakan adanya peningkatan kemampuan bagi guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Tuntutan demi tuntutan, harapan demi harapan yang berisi pe-nekanan-penekanan agar pendidikan di Indonesia terus meningkat ternyata belum sesuai dengan harapan. Kenyataannya kemampuan guru SD No 3 dan SD No 10 Kesiman melaksanakan pembelajaran baru mencapai angka 58,33 dan 56,66, sedang-kan profesionalisme mereka baru mencapai kategori D. Hasil ini patut menjadi pertanyaan besar apakah dengan kemampuan dan profesionalisme guru serendah itu akan dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi bagi para siswa yang mereka ajar? Jawabannya tentu tidak. Hal inilah yang menyebabkan penelitian ini perlu dilakukan demi mengupayakan peningkatan kemampuan dan profesionalisme mereka dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan supervisi kunjungan kelas.[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Definisi teknik supervisi individual (perseorangan)
2.      Macam-macam teknik supervisi individual

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teknik Supervisi Individual
Bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi didalam kelas maupun diluar kelas. Dalam hal ini yang disupervisi mungkin juga perorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah memberikan bimbingan perorangan atau individu. Pendapat lain tentang tekhnik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan adalah pelaksanaan yang diberikan kepada guru-guru tertentu yang mempunyai masalah dan bersifat perseorangan.[2]
Purwanto memberi penjelasan bahwa teknik supervisi perseorangan ada beberapa seperti: 1) mengadakan kunjungan kelas, 2) mengadakan kunjungan observasi, 3) membimbing guru dalam mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problem yang dialami siswa, 4) membimbing guru dalam hubungan dengan kurikulum.
B.     Macam-macam Teknik Supervisi Pendidik
1.      Kunjungan Kelas
Teknik yang bisa digunakan adalah mengadakan kunjungan kelas (Classroom Visitation). Kunjungan kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, baik ketika kelas sedang kosong, ataupun sedang berisi oleh siswa tetapi guru sedang tidak mengajar.
Teknik kunjungan kelas ini sering dilakukan oleh pengawas sebagai supervisor pada saat melakukan kegiatan supervisi terhadap guru-guru. Penerapan prinsip dan fungsi teknik kunjungan kelas tidaklah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh pengawas karena tujuannya untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan adanya data yang objektif itulah, pengawas sebagai supervisor dapat melakukan pembinaan terhadap guru melalui diskusi atau percakapan pribadi tentang hasil pengamatan supervisi dengan teknik kunjungan kelas sehingga upaya perbaikan dan peningkatan kualitas kemampuan dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. ang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar.[3]
Ringkasnya bahwa supervisi kunjungan kelas dilakukan kepala sekolah dan pengawas sebagai supervisor berkunjung ke kelas mengadakan peninjauan suasana belajar untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar serta mengamati kelemahan atau kendala yang dihadapi guru yang nantinya supervisor dapat menolong guru dalam memecahkan kesulitan atau kendala yang dihadapi guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang fungsinya untuk memajukan cara mengajar dan membantu meningkatkan kemampuan serta profesionalisme guru di dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan kata lain, melalui teknik supervisi kunjungan kelas akan diperoleh data yang objektif mengenai kesulitan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan kesulitan itu, guru akan dibantu mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru.
Dalam teknik supervisi ini, ada tiga macam kunjungan kelas yang biasa di pergunakan, yaitu :
a.       Perencanaan : dilakukan bersama-sama secara demokratis oleh kepala sekolah dengan guru kelas yang akan dikunjungi.
b.      Pelaksanaan : observasi dilakukan se-informal mungkin dengan selalu memperhatikan prestise guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak interupsi dan hanya memberi demokrasi jika diminta.
c.       Penganalisasi : dilakukan sesudah observasi.
d.      Kesimpulan dan penilaian: kesimpulan sebbagai penilaian terakhir dilakukan secara kooperatif, dengan disadari dan disetujui sepenuhnya oleh yang bersangkutan.[4]
Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Supervisor memberikan saran-saran atau nasehat-nasehat yang diperlukan, dan guru pun dapat mengajukan pendapat dan usu-usul yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.
2.      Teknik Observasi Kelas
Selanjutnya teknik mengadakan observasi kelas (Classroom Observation) ialah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencerminkan situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan. Teknik mengadakan wawancara perorangan dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari individu tertentu. Dalam hal ini wawancara perorangan adalah teknik yang tepat agar orang yang diwawancarai tidak berpengaruh oleh pendapat orang lain. Dan teknik pembicaraan individual dapat digunakan, menurut Sutisna dalam Sagala, pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang sangat penting karena kesempatan yang diciptakannya bagi kepala sekolah (pengawas) untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesional pribadinya.[5]
Tujuan Observasi adalah:
a.       Untuk mendapatkan data objektif sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru.
b.      Bagi guru, data yang dianalisis akan dapat membantu cara mengajarnya.
c.       Bagi murid tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif dalam belajar.[6]
3.      Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Meskipun di beberapa sekolah telah dibentuk bagian konseling masalah-masalah yang sering timbul lebih baik dipecahkan oleh guru kelas daripada diserahkan pada guru BK yang akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya. Karena, guru kelas merupakan pembibing yang utama.[7]
4.      Membimbing guru-guru tentang kurikulum sekolah
a.       Menyususn program caturwulan.
b.      Menyusun program satuan pelajaran.
c.       Kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas.
d.      Teknik-teknik evaluasi.
e.       Media belajar.
f.       Kegiatan ekstra dan studi tour.
5.      Interview Pribadi
Interview pribadi dilakukan oleh seorang supervisor dan seorang guru yang bertujuan untuk menemukan usaha-usaha memecahkan problematika yang dihadapi oleh guru.[8]
6.      Kunjungan Antar Kelas
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah saling mengunjungi antara guru satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar untuk mengetahui metode mengajar guru.
7.      Menilai Diri Sendiri (Self Evaluasi on Checklist)
Salah satu tugas yang tersukar bagi guru adalah melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan mengajar, menilai diri sendiri merupakan tehnik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya.[9]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teknik supervisi individu yaitu bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi didalam kelas maupun diluar kelas. Dalam hal ini yang disupervisi mungkin juga perorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah memberikan bimbingan perorangan atau individu. Pendapat lain tentang tekhnik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan adalah pelaksanaan yang diberikan kepada guru-guru tertentu yang mempunyai masalah dan bersifat perseorangan.
Macam-macam teknik supervisi yaitu:
1.      Teknik kunjungan kelas
2.      Teknik observasi
3.      Teknik membimbing guru dalam mempelajari pribadi siswa
4.      Teknik membimbing guru dalam mempelajari kurikulum sekolah
5.      Teknik interview pribadi
6.      Teknik mengunjungi antarkelas
7.      Teknik menilai diri sendiri













DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. Supervisi Pengajaran dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Daryanto, M.Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Herlina, Gusria. “Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Di Kecamatan Sijunjung”, Jurnal Administrasi Pendidikan, (vol: 1, 1 Oktober 2013).
Maryono, Dasar-dasar dan teknik menjadi Sepervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Nengah Widyani, Ni. “Teknik Supervisi Kunjungan Kelas Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Dan Profesionalisme Guru SD 3 Dan 10 Kesiman Denpasar”, Jurnal Sains dan Teknologi, (Vol. 11 No. 1 Agustus 2011).
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Sahartian, Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.


[1] Ni Nengah Widyani, “Teknik Supervisi Kunjungan Kelas Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Dan Profesionalisme Guru SD 3 Dan 10 Kesiman Denpasar”, Jurnal Sains dan Teknologi, (Vol. 11 No. 1 Agustus 2011), 109-110.
[2] Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), 45.
[3] Ngalim Purwanto,  Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 122.
[4] M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 186-187.
[5] Gusria Herlina, “Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Di Kecamatan Sijunjung”, Jurnal Administrasi Pendidikan, (vol: 1, 1 Oktober 2013), 2.
[6] Maryono, Dasar-dasar dan teknik menjadi Sepervisor Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 31.
[7] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 121.
[8] Maryono, Dasar-dasar dan Teknik menjadi Supervisor Pendidikan, 34-35.
[9] Sahartian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), 79-83.

Selasa, 01 Desember 2015

implikasi dan penerapan BK dalam bidang PAI



Saat ini konselor pendidikan / guru Bimbingan dan Konseling tidak dapat diremehkan dalam peningkatan mutu pendidikan. Dalam undang-undang nomer 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan tentang Guru dan Dosen, Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan. Bertolak dari undang-undang tersebut, tentunya BK mempunyai peranan peting dalam meningkatan mutu Pendidikan di Indonesia.
Sebenarnya sebelum peserta didik terjun dalam lingkungan sekolah, tentu penanaman nilai-nilai agama telah diberikan sejak dini dari kedua orang tua melalui pendidikan informal khususnya penanaman agama Islam. Bahkan, Islam sendiri telah menuturkan bahwa dalam diri manusia sendiri terdapat potensi (fitrah) nilai-nilai religius. Sisanya adalah lingkungan dan pengalaman yang memberi warna pada potensi tersebut. Senada dengan teori John Locke, bahwa potensi manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: potensi yang dimiliki sejak lahir (nativisme) dan potensi dari pengalaman (empirisme). Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian / karakter / fitrah.
Sehingga keterkaitan antara peranan BK dan bidang Pendidikan Agama Islam akan lebih jelas yaitu membina dan mengarahkan karakter / kepribadian peserta didik agar tercapainya perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral (akhlakul karimah).
Sedangkan penerapan BK dalam Pendidikan Agama Islam secara konkrit seperti menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan Islami. Pendekatan Islami merupakan pendekatan yang mengaitkan aspek-aspek psikologis, dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling pada ranah sikap, pribadi, kecerdasan, perasaan klien dengan menggunakan prinsip Islam. Seperti menerapkan rukun iman sebagai prinsip bimbingan, seperti prinsip “kepemimpinan” yang dianalogikan dengan Iman kepada Rasul, prinsip “pembelajaran” dianalogikan dengan Iman kepada Kitab Allah, dsb.
Dalam pelaksanaan BK juga menggunakan konsep Agama Islam, konselor pun perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). 

Penerapannya ketika mengatasi masalah secara konkrit seperti seorang anak yang kurang lancar dalam membaca Al-Quran. Pelaksanaannya guru PAI menentukan tujuan dari bimbingan tersebut, yaitu untuk membntu anak agar lancar membaca Al-Quran. Kedua, guru menanamkan karakter pantang menyerah dan mencoba metode yang lebih variatif pada siswa tersebut untuk selalu membaca Al-Quran. Ketiga, guru PAI harus bisa mengendalikan dirinya dalam bmbingan siswa yang kurang lancar dalam membaca Al-Quran. Ketika semua langkah tersebut diterapkan, tentu akan ada peningkatan yang signifikan.

Translate