Sabtu, 20 Desember 2014

Aliran-aliran dalam filsafat pendidikan (Empirisme, Nativisme, Konvergensi, dan Naturalisme)



M.Miftahuddin. A
PAI/E
SMT 3
932115713
 
 


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan oleh para pmikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Aliran-aliran tersebut diantara:
1.      Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata empira yang berarti berlawanan dengan aliran nativisme. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Tokoh aliran empirisme adalah Jhone Locke, seorang filosofi Inggris. Dalam bukunya yang berjudul Some Thoughts Concerning Education Jhon Locke berpendapat bahwa, manusia terlahir dengan jiwa yang masih kosong, jiwa ini akan terisi oleh ide-ide karena pengaruh dari luar melalui proses psichologis, yaitu sensation(pengalaman) dan reflexetion(kesan). Selain itu teorinya dikenal dengan Tabulae Rasae (meja lilin) yang menyebutkan bahwa anak lahir di dunia adalah seperti kertas putih bersih. Kertas putih memiliki corak dan tulisan yang akan digores oleh lingkungan, ini artinya bahwa faktor bawaan dari orang tua tidak mempunyai pengaruh yang besar atau dengan kata lain tidak dipentingkan. Pengalaman seseorang diperoleh melalui hubungan dengan lingkungan. Pengaruh yang diperoleh dari lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Menurut aliran ini pendidik sangatlah berperan penting, karena pendidik menyediakan lingkungan pendidikan, dan anak akan menerima penddikan itu sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, watak, kepribadian anak sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sebagai contoh, suatu keluarga mginginkan anaknya menjadi pelukis, dan menyediakan segala alat yang dipergunakan untuk melukis, namun si anak tidak mempunyai bakat melukis, alhasil keinginan keluarga agar anak itu menjadi pelukis gagal. Akibatnya akan ada konflik dalam diri anak. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman saja, dan bawaan dari lahir dikesampingkan. Padahal ada anak yang berhasil karena bakat yang ada dalam dirinya.
2.      Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti pembawaan. Tokoh aliran nativisme adalah Schopenhauer seorang filosof dari Jerman. Aliran ini berpandangan bahwa, perkembanagn inividu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir dan faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembnangan anak. Maka dsari itu menurut aliran ini hasil pendidikan anak ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Serta menganalisis bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.Dan dapat diambil kesimpulan bahwa menurut aliran ini keberhasilan individu ditentukan individu itu sendiri. Pendapat aliran ini bahwa jika seorang memilki bakat baik, maka ia akan menjadi baik, dan sebaliknya jika seorang memiliki bakat jahat, maka ia akan menjadi jahat. Dan pendidikan yang tidak sesuai bakat anak, tidak ada gunanya bagi perkembangan anak jika terus diberikan. Pandangan tersebut tidak menyimpang dengan realita yang ada. Misalnya, seorang anak yang mirip dengan orang tuanya, secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang tua. Pada dasarnya aliran nativisme mengakui tentang adanya daya asli yang terbentuk sejak manusia lahir, yaitu adanya daya psikologis dan daya fisiologis, serta kemampuan dasar lainnya yang berbeda dalam diri tiap individu.
Dari kemampuan itu, kapasitas masing-masing kemampuan dasar berbeda-beda. Ada yang tumbuh sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya pada titik tertentu saja. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orang tuanya, dan mungkin juga ada yang hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya. Namun lagi-lagi aliran ini memilki kelemahan yaitu bahwa aliran ini tak begitu kuat, karena dalam kenyataannya, bahwa perkembangan tak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan, tapi faktor lingkungan juga berpengaruh atas itu.
Lucian Arreat seorang ahli pendidikan bangsa Perancis memiliki pendapat yang sama dengan aliran nativisme, karena dengan nada mengejek ia mengatakan, pendidikan?, ia adalah omong kosong yang besar sekali dan yang menggelikan dari zaman ke zaman. Tetapi jangan mengatakan terlalu keras, banyak orang yang hidup mendapat nafkah dari padanya. Demikian pula Rochracher berpendapat yang sama, ia berkata sebagai berikut, orang tak bersalah dan berjasa dalam memiliki sifat-sifatnya, dan bahwa segala nilai rokhaniyyah yang dimilikinya itu hanya sekedar hasil proses alam yang berjalan menurut ukuran tertentu yang tidak dapat kita pengaruhi sama sekali.
Aliran ini mempunyai keyakinan yang bersifat predestinatif, yang berarti perkembangan atau nasib-nasib manusia itu seolah-olah ditentukan sebelumnya, tergantung pada pembawaan yang dimiliki. Pandangan mereka bersifat pesimis, karena mereka berpendapat bahwa pendidikan itu tidak mempunyai kekuasaan sama sekali terhadap perkembangan anak, mereka disebut dengan golongan geneticicts karena terlalu menonjolkan faktor pembawaan, genetika yang berarti ilmu keturunan.
3.      Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Sterm, seorang tokoh pendidikan dari Jerman. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, dan perkembangan anak selanjutnya akan dipenharuhi oleh lingkungan. Jadi faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang memiliki pembawaan baik dan didukung dengan lingkungan yang baik, maka akan semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.
4.      Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”.

Selasa, 12 November 2013

Persepsi Masyarakat Tentang Anak Kost

Dari dulu hingga sekarang persepsi masyarakat tentang anak kost tidak pernah positif. Masyarakat memandang anak kos hanya sebelah mata, selalu takut terpengaruh dengan anak kost padahal kenyataannya anak kost tidak semua seperti itu.

Memang dalam sosiologi semua manusia bergantung pada lingkungan sekitarnya. Seperti contoh: dua orang anak kita asuh secara berpisah. Yang satu di Surabaya yang satu lagi di Solo, jika mereka bertemu bagaimana karakternya? Apakah orang Solo sama dengan orang Surabaya? Tentu tidak. Hal itu yang menyebabkan

Senin, 11 November 2013

Refleksi Hari Pahlawan

Latar Belakang

 kita tahu bahwasanya tanggal 10 november merupakan salah satu hari terpenting dalam sejarah Indonesia. Mengapa ? karena negara kita saat itu masih dalam masa penjajahan, dan pada saat itu pula para tokoh-tokoh nasionalis maupun tokoh islam, berjuang melawan penjajah. Pada saat itu, di daerah-daerah besar seperti Surabaya, Bandung, Banten, dll, mereka telah memberontak dan bertekad untuk mempersatukan negara ini.

Mereka semua berjuang mati-matian demi mewujudkan NKRI. Perjuangan mereka tak berhenti sampai situ, mereka pun juga menginginkan bangsa yang merdeka. Tak sedikit pengorbanan yang diberikan demi Negeri ini.

Di Surabaya lah saksi bisu pertumpahan darah para pahlawan. Bahkan, ada yang mengatakan asal dari dinamainya jembatan merah yaitu jembatan yang penuh darah dari para pejuang.

Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului kita? Mungkin semua pahlawan yang gugur dan tak sempat kita hargai jasanya telah tiada. Namun ada satu pahlawan yang tidak akan gugur, yakni Pahlawan tanpa tanda jasa.

Janganlah kita menyia-nyiakan pahlawan yang masih ada, mungkin besok kita tak akan berjumpa dengan sesosok pahlawan lagi. Dan pesan dari Bung Karno adalah "Bangsa yang hebat adalah Bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya."

Minggu, 22 Juli 2012

Puisi: Puasa Ku

Hati terteguk terdengar suara adzan
Bulan penuh keagungan
Riang gembira senang bahagia
Menahan dahaga sebagai tanda baginya

Walau menolak adanya
Tapi dengan mulianya tempat pelebur dosa
Tubuh yang rakus seakan terhenti
Bulan sebagai penjaga hati

Ikhlas tabah dan sabar
Alunan beduk telah tersebar
Rasa lapar yang terbelenggu
Terasa hilang sa'at adzan menuntunku

Translate